TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Rencana Jahat {6}



Rencana Jahat {6}

0Cheng Wan Nian hanya diam, membiarkan Kasim Li menuntunnya untuk menepi, dadanya yang sudah terbuka dengan sempurna meski masih mengenakan pakaian kebesarannya tampak menggantung dengan sempurna ketika Kasim Li menghentaknya dengan sangat cepat dan dalam.     
0

"Kasim Li, kenapa kau melakukan ini dengan putriku di depan banyak Kasim lain!" marah Kasim Agung Cheng yang agaknya gusar. Dia tidak mau kalau sampai putrinya mendapat julukan jelek. Terlebih karena sikap Kasim Li yang kurang ajar. Terlebih Cheng Wan Nian tampak tak protes, dia menikmati ketika laki-laki tua itu melumat bibirnya, meremas dadanya dan menghentakknya dengan penuh nafsu.     

"Kau jangan khawatir, Kasim Agung Cheng. Kasim di sini adalah berada di kubumu karena putri cantikmu ini. Mumpung Emo Shao Ye sedang tidak ada di istana, kami bersepakat untuk berpesta bersama dengan tubuh putrimu…," kata Kasim Li. Dia kemudian memandang Cheng Wan Nian yang sudah tersenyum padanya. "Apakah kamu bisa melayani kami semua mala mini, Selir Cheng? Kalau kau sanggup, malam ini, calon Putra Mahkota pasti akan mati," katanya dengan seringaian liciknya itu.     

Cheng Wan Nian pun mendorong tubuh Kasim Li untuk menjauh. Kemudian dia berjalan di tengah-tengah para Kasim itu dengan pakaian yang terbuka sempurna. Kemudian dia melirik ayahnya, seolah menyuruh ayahnya untuk pergi.     

"Tunduklah kalian di bawah kakiku, lakukan perintahku maka aku akan memberikan kenikmatan yang tak terhingga untuk kalian."     

Mendengar hal itu, para Kasim seolah saling berebut. Dengan menunjukkan jati diri aslinya mereka dengan liur menetes dan tatapan lapar langsung bersepakat untuk bergiliran menikmati tubuh Cheng Wan Nian. Bahkan tak segan, satu di antara mereka bercinta, dan yang lainnya membuai dada Cheng Wan Nian atau melakukan hal yang lain.     

Cheng Wan Nian tampak tersenyum dengan bangga akan hal itu. Dia akan melihat kabar yang sangat menyenangkan. Yaitu kabar kematian dari Liu Anqier.     

"Kasim Agung Cheng, kenapa kau tidak masuk?" tanya seorang Kasim yang baru saja keluar karena jatahnya telah selesai. Dia tampak membenarkan posisi pakaiannya, kemudian memandang Kasim Agung Cheng lagi. "Kau tahu, putrimu benar-benar luar biasa. Kami benar-benar merasa seperti muda lagi, karena bercinta dengannya. Dia adalah anugerah Kasim Agung Cheng. Sangat nikmat dan wangi,"     

Kasim Agung Cheng tampak kesal sebenarnya dengan ucapan dari Kasim itu, bagaimana tidak. Sebab rata-rata Kasim yang ada di istana ini usianya tak jauh darinya sama sekali. terlebih juga, meski di luar sana hal seperti ini adalah wajar bagi bangsa iblis, namun bagaimanapun putrinya adalah seorang Selir yang terhormat dana gung. Dia tak pernah menyangka jika putrinya ada di titik seperti ini sekarang.     

"Kenapa kau tak mencoba putrimu? Istrimu sudah lama musnah karena peperangan itu, Kasim Agung Cheng. Dan kau tahu jika di bangsa kita itu tidaklah sesuatu yang aneh. Ayo, masuk… bergabung dengan mereka. kau pasti akan menjerit saat menikmati betapa nikmatnya tubuh putrimu,"     

"Kasim Han, apa pun yang kau lakukan kepada putriku aku tidak akan ikut campur. Namun begitu, jangan pernah membahas bagaimana wangi, nikmat, dana pa pun dari putriku. Kau juga tahu jika dia adalah keluarga Cheng yang terhormat, dan aku tidak akan pernah membuat putriku menjadi sia-sia dalam pengorbanannya ini. dan harus kamu tahu, kau harus melakukan apa pun permintaan dari putriku. Sebab kalau tidak—"     

"Kau jangan cemas, Kasim Agung Cheng. Tanpa kau ancam pun kami akan melakukannya. Sesungguhnya kami tidak ingin kehilangan kenikmatan kami yang luar biasa. Bahkan kami telah suka rela menyerahkan stempel kami untuk Selir Cheng."     

"Apa?" tanya Kasim Agung Cheng. Bagaimana dia tidak kaget. Stempel milik para Kasim ini adalah sesuatu yang bahkan lebih berharga dari pada nyawa para Kasim itu sendiri. Jika putrinya telah memiliki stempel itu, terlebih Kasim yang ada di dalam sana nyaris separuh dari Kasim di kerajaan ini, akan menjadi mudah untuk Kasim Agung Cheng mengangkat putrinya menjadi Ratu tanpa peduli dengan Chen Liao Xuan sekelipun. Sebab keputusan dari para Kasim telah telak dan tak bisa diganggu gugat.     

"Tentu, bukankah putrimu sangat hebat?"     

Tak berapa lama, semua Kasim itu keluar dengan mimik wajah puas yang luar biasa. Kemudian mereka memandang Kasim Agung Cheng.     

"Putrimu sangat hebat!" kata mereka, kemudian mereka pergi.     

Setelahnya, Kasim Agung Cheng masuk ke dalam. Melihat putrinya tampak sedang memakai pakaian. Rambutnya yang awalnya tertata rapi kini tampak terurai sempurna.     

"Putriku," panggil Kasim Agung Cheng.     

Cheng Wan Nian melirik ayahnya, dia agaknya tak sungkan jika ayahnya melihat tubuhnya dalam keadaan seperti itu.     

"Kenapa, Kasim Agung Cheng? Apakah kau juga menginginkan yang sama seperti mereka?" tanya Cheng Wan Nian. Kasim Agung Cheng pun menggeleng, kemudian dia membantu putrinya mengenakan pakaiannya.     

"Aku ayahmu."     

"Itu tidak masalah."     

"Kau telah mendapatkan stempel mereka?" tanya Kasim Agung Cheng. Cheng Wan Nian pun menganggukkan kepalanya.     

"Seharusnya tiga lagi, maka aku telah mendapatkan suara yang telak. Namun Kasim lain agaknya tampak pura-pura baik. Tapi Ayah, setelah aku pikir-pikir, ada satu sosok yang bisa memenangkan dan menjadikanku Ratu tanpa ada yang bisa membahnya,"     

"Siapa?"     

"Panglima Jiang," jawab Cheng Wan Nian yang berhasil membuat Kasim Agung Cheng kaget luar biasa.     

"Kekuatan dari keluarga Jiang nyaris setara dengan kekuatan kita. Jika para Kasim aku gunakan sebagai tameng dan suara legal dengan stempel mereka. Panglima Jiang merupakan bidak catur yang paling berkuasa di sini. Aku telah menakhlukkan Penasihat Li, salah satu orang kepercayaan Yang Mulia Raja selain Panglima Jiang. Jika dua tangan kanan dari Yang Mulia Raja berlutut di bawah kakiku, maka aku yakin Yang Mulia Raja telah kehilangan semua kekuatannya, Ayah. Terlebih, kekuatan dari Panglima Jiang sudah tidak diragukan lagi,"     

Ya, apa yang dikatakan oleh Cheng Wan Nian adalah semuanya benar. Perseteruan yang terjadi antara klan Cheng dan klan Jiang dulu terjadi dengan sangat ricuh karena kedua kubu memiliki kekuatan imbang. Jika putrinya bisa menjerat satu-satunya penerus dari klan Jiang maka kekuatan istana ini sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Terlebih lagi, Wu Chong Ye pun sudah tidak bisa berkutik di bawah kaki putrinya.     

"Namun, dendam lama itu, apakah kau yakin jika Panglima Jiang akan melupakannya begitu saja dan mau untuk mendengarkanmu, putriku?" tanya Kasim Agung Cheng. Biar bagaimanapun dia juga harus mengingat kenyataannya, jika jalinan itu telah retak sangat lama.     

"Ayah tenang saja, kau tentunya tahu siapa aku bukan? Iblis wanita yang diberi berkat dengan kesempurnaan tiada tara. Dan aku yakin Panglima Jiang akan tunduk setelah dia merasakan tubuhku," percaya diri Cheng Wan Nian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.